Aban Sudrajat, Sagala Tina Awi, Ekonomi Kreatif dan Pelestarian Budaya

oleh
Aban Sudrajat pendiri Workshop Sagala Tina Awi di Cigombong, Kabupaten Bogor (dok : pribadi)
banner 468x60

 

HayuKaBogor.com – Aban Sudrajat memilah batang bambu yang akan dijadikan produk alat musik tradisional Karinding. Memang tidak butuh banyak bahan yang dibutuhkan untuk membuat alat musik tiup khas sunda itu. Namun, juga tidak sembarang bambu yang bisa dijadikan bahan untuk membuatnya.

Aban berkali-kali gagal dan mencoba lagi. Pengalamannya itu menjadi dasar dirinya menamakan bengkel kerajinannya di Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dengan nama Sagala tina awi, yang dalam bahasa Indonesia semuanya dari bambu.

“Saya membuat sagala tina awi sejak 2014,” ujar Aban Sudrajat, kepada hayukabogor.com, Senin 20 November 2023.

Baca Juga : Cibinong Situ Plaza, Wisata di Tengah Pusat Kota Cibinong

Ketekunan Aban menjadikan Sagala tina awi sebuah brand ekonomi kreatif yang cukup terkenal. Sejak mendirikan workshopnya itu, Aban terus memperkaya pengetahuan dan keterampilannya dalam mengenal karakteristik bambu dan bagaimana teknik pengolahannya. Modalnya waktu itu, kata Aban, bisa dibilang nol rupiah.

“Ekonomi Kreatif ini modal utamanya kreatifitas daripada uang dan tidak menyerah,” kata Aban.

Kekuatan utama berasal dari hobinya terhadap alat musik dan kecintaannya terhadap budaya lokal.

Aban yang sebelumnya bekerja di perusahaan jasa IT Jaringan Data Center dan Mekanik Elektrik mengakui menemui beberapa kendala saat mewujudkan hobi dan kecintaannya terhadap budaya itu ke dalam produk yang dibuatny sendiri. Tapi, ketekunan dan berkali-kali belajar dari kesalahan akhirnya membuat Aban “mahir” urusan mengolah bambu.

Setelah berhasil membuat Karinding, dia mulai membuat produk lain, yakni alat musik celempung yang cara mainnya dipukul. Sisa bambu dari pembuatan alat musik celempung, Aban membuat aksesoris berbahan bambu dari mulai gantugan kunci dan produk lainnya.

Motif budaya sunda membuat produknya berkarakter lokal. Produk itu pun, lama kelamaan menarik minat pembeli.

“Ternyata kerajinan bambu banyak diminati oleh semua kalangan dan segmentasi pasarnya juga sangat luas,” kata dia.

Karena produknya laku dijual, Sagala Tina Awi, bengkel milik Aban Sudrajat pun menyerap tenaga kerja yang merupakan pemuda dari warga sekitar. Produknya pun bertambah banyak, hampir semua jenis musik tradisional berbahan bambu sudah pernah ia buat. Bahkan dia juga membuat radio dan musik player yang sebagian materialnya berbahan bambu. Selain itu, berbagai aksesoris an alat rumah tangga bernilai ekonomi juga pernah dia buat dengan bahan utamanya bambu.

“Setelah ditekuni selain melestarikan budaya ternyata juga menghasilkan ekonomi,” katanya.

Aban Sudrajat saat membuat produk di workshop Sagala Tina Awi

Riset dan Inovasi

banner 336x280