HayuKaBogor.com – Ada jenis pejabat yang kalau bicara, kita sampai terpesona. Ucapannya muluk-muluk, idenya bertebaran seperti bintang gemintang di langit malam, janji-janji manis yang seolah-olah bisa dikabulkan hanya dengan mantra sim salabim.
Setiap kali ada mikrofon di hadapannya, rasanya dunia akan berubah dalam sekejap. Masalah kemiskinan? Beres! Infrastruktur? Nggak pakai lama! Tapi apa daya, begitu mikrofonnya dimatikan dan kamera nggak lagi merekam, semua ide cemerlang itu hilang entah ke mana.
“Kalau janji itu bisa dipegang, mungkin kita semua sudah hidup di surga,” kata salah seorang warga yang setia menanti janji-janji itu jadi kenyataan. Iya, janji-janji pejabat kadang kayak biskuit di kaleng, besar di harapan, kecil di kenyataan.
Seolah apa yang mereka ucapkan itu kayak mantra sakti, “Sim salabim!” Begitu diucapkan, langsung wujud! Tapi sayangnya, yang sering wujud bukan hasil kerja nyata, melainkan spanduk baru dan baliho besar dengan foto sang pejabat, lengkap dengan senyum 32 giginya, di pinggir jalan.
“Apalah artinya janji-janji, kalau yang dijanjikan tetap saja lapar, dan yang berbicara malah kenyang?” — WS Rendra.
Betul sekali, sajak Rendra itu pas menggambarkan realita sekarang. Masyarakat yang dijanjikan tetap saja sama sulitnya. Listrik masih sering byar pet, jalanan bolong masih setia menghiasi kampung, dan lapangan kerja entah di mana rimbanya. Sementara pejabatnya? Masih sibuk berwacana, bikin janji-janji baru dengan senyuman lebar yang bikin kita bertanya-tanya, “Kapan nih, jadi beneran?”
Padahal, kalau janji-janji mereka secepat kerjaan mereka pas pilkada—yang rajin pasang spanduk, door-to-door ketemu warga—mungkin hidup rakyat udah jauh lebih baik. Tapi apa daya, ternyata yang cepat itu cuma janji, sedangkan aksinya… ya, nantilah.
Maka dari itu, mari kita renungkan. Apa jadinya kalau semua ide besar dan janji-janji itu tak pernah jadi-jadi? Jawabannya sederhana: kita tetap di sini, berdiri di tempat yang sama, menunggu, dan berharap. Terus berharap… sampai janji itu turun dari langit.
Saeful Ramadhan
Setia menanti janji